Sabtu, 14 Juni 2014

pelayanan sekolah minggu

Sekitar 10 tahun yang lalu, saya tidak suka anak kecil. Lari-lari, menangis, ribut sendiri. Sungguh sangat mengganggu. Hingga suatu saat Tuhan memberi beban untuk melayani sekolah minggu. 

Di awal-awal training para calon guru yang delapan kali pertemuan itu….ehmm sekitar dua bulan, terasa berat dan membuat saya ingin mundur dari training
Namun Tuhan selalu meneguhkan panggilan untuk melayani sekolah minggu. Akhirnya lulus training.

Berdiri di depan para murid kecil tentu membuat saya grogi. Menyiapkan beberapa lagu pujian, dan memimpin mereka untuk bernyanyi. Serta menyampaikan cerita untuk mengajar. Semua terasa canggung di awal pelayanan ini. Spidol jatuh, suasana kelas menjadi kaku.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya semuanya lancar dan saya bisa nyaman serta menikmati pelayanan ini. 

Senin, 05 Mei 2014

Gereja Terpencil

Membeli beberapa alat tulis, pensil warna, membuat aktivitas sekolah minggu untuk disalurkan  kepada suku-suku terasing merupakan kerinduan hati saya. Agar anak-anak di daerah juga boleh bertumbuh imannya.

Saya bersyukur boleh ikut ambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan walaupun hanya sedikit.

Daerah-daerah sulit dan suku terasing yang jarang diperhatikan oleh gereja dan hamba Tuhan di kota. Saya tidak mengerti mengapa gereja "berani" berlomba-lomba untuk menghabiskan uang dalam mengadakan perayaan mewah namun tidak mau menabur untuk pelayanan misi di daerah terpencil, padahal di banyak jiwa menanti.

Sungguh ironis melihat perbedaan gedung gereja di kota dan daerah.

Gereja seharusnya menyalurkan, mengutus dan membiayai agar pekerjaan Tuhan bisa merata sehingga nyala api Kristus tersebar.

Tuhan memberkati gereja-gereja yang di daerah terpencil.